Part 1
Balon,
ia balon dengan berbagai macam variasi dan bentuk. Aku bahagia sekali duduk
disebuah taman yang indah penuh dengan nuansa bunga-bunga mewangi penuh dengan
berbagai macam warna. Taman itu tidak jauh dari lokasi rumahku, taman itu tepat
berada didepan rumahku. Dikala petang yang berwarna kemerahan mulai muncul,
dikala sanset alam terlihat lebih indah, matahari yang mulai tenggelam kebarat.
Aku pastikan aku telah berada di taman itu duduk dibangku yang telah disediakan
ditaman dan tidak lupa pula aku membawa sebuah balon setiap kali ku duduk
dibangku itu. Aku mempunyai cara khas tersendiri saat ingin menerbangkan segala
angan-anganku, menerbangkan balon dengan penuh harapan dari hati kecilku
saatnya segala angan-angan itu telah kucurahkan mulailah dengan pelan aku
melepaskan balon itu dari genggamanku dan membiarkan terbang tinggi keudara
yang bebas. Takkan pernah ada habisnya aku melakukan hal itu bahkan berulang
kali aku harus memiliki kesempatan untuk setiap waktu berangan-angan dalam
imajinasi bahagiaku dikala petang tiba. Setiap kali setelah ku menerbangi angan-angan ku bersama balon itu
aku merasa lega, aku yakin Tuhan telah menerima setiap permintaan dan pesan ku.
Tidak
lama setelah balon itu ku terbangkan, hanya beberapa saat ku duduk dibangku kesayanganku,
terdengar dari kejauhan ada suara merdu yang tak asing bagiku, memanggilku
“Keyla, ayok nak masuk cuacanya sudah gelap” itulah suara kata dari suara itu, dia adalah mamah, dia lah yang selama ini tidak pernah ku dengarkan sedikitpun keluhannya saat
merawat ku.
Sore
yang indah mulai berubah menjadi malam yang gelap berbintang. Bintang yang
hanya bisa kurasakan tanpa bisa kumelihat dengan mata terbuka, yah walaupun mataku terbuka tetap saja yang kulihat hanya bayang-bayang penuh dengan warna yang tidak jelas. Saat aku mencoba
berdiri dari tempat dudukku dan mencari-cari dimana letak tongkat ku diletakkan.
Setelah beberapa lama aku mengaba-aba saat mencari tongkat itu akhirnya aku
temukan. Aku mulai berjalan menuju meja makan tanpa diawasi karena aku sudah
hafal betul dengan seluruh isi rumah orang tua ku.
Namun
sebelum aku sampai ke meja makan aku mendengar samar-samar suara percakapan papah sama mamah dari sisi kamar mereka yang letak kamar itu tidak jauh dari
kamar ku. Pelan-pelan aku mendekati arah suara itu bertujuan untuk mengajak papah dan mamah menuju meja makan. Namun sebelum aku memanggil kedua orang
tuaku, aku sempat syok setelah mendengar
percakapan mereka hingga diiringi dengan suara tangisan mamah.
“kamu
tahu aku sungguh-sungguh tidak kuat lagi jika harus menanggung beban seperti
ini”
“ tapi pah, gimanapun juga keyla anak kita,
dia darah daging mu pa”. Ibu terisak dalam tangisannya.
Hati kumulai terasa tidak nyaman, aku mulai
merasakan bahwa terjadi sesuatu yang tak pernah ku ketahui selama ini, mungkin.
“kamu
tahu betapa malu nya aku harus memiliki anak seperti keyla, cacat tak ada
yang bisa dia lakukan dia sungguh
kekurangan sekali aku malu mah dengan teman-teman kantorku setiap kali ku
mendengarkan tentang obrolan mereka yang selalu bangga dengan prestasi yang
diraih anak-anak mereka. Tak ada yang bisa ku lakukan saat giliran ku, tak ada yang
bisaku pamerkan untuk kubanggakan dari keadaan anak kita, kamu faham”!!
“tapi pah”..
“gak ada tapi-tapian, aku ingin keyla di
titipkan ke sekolah luar biasa biarkan dia diasramakan disana, biar terdidik
dan mengurangi beban kita lagi”.
Sebelum papah meninggalkan mamah di kamar itu, aku berusaha bersembunyi dibalik tembok
kamar, mungkin takkan terlihat oleh siapapun. Aku hanya bisa menangis
mendengarkan ucapan papah, tak pernah ku sangka ternyata papah mengganggapku
selama ini hanya sebagai beban untuknya. Memang benar tak ada yang bisa
kulakukan untuk mereka. Andai saja mereka tahu bahwa selama ini aku telah
berjuang keras untuk bangkit agar aku bisa membahagiakan mereka namun apa daya
Tuhan belum memberikan kesempatan itu untukku.
“tok..tok.tok.
Key, kamu sedang apa nak?” mama mengetok pintu kamar ku sambil bersuara
memanggil namaku dari luar kamar”
“ iya mah, keyla ngantuk banget mah mau
cepat tidur aja”
“mama boleh masuk ga key, kenapa pintu
kamarnya kamu kunci nak”
Aku mencoba berjalan meraba ke arah pintu
dan membukakan pintu kamar ku.
“iya mah”
“key, kamu kenapa, apa yang terjadi nak,
kenapa mata mu bengkak. Kamu sedang nangis ayo dong cerita sama mama kamu
kenapa nak jangan buat mama khawatir
ya?” Mama menggiring ku menuju tempat tidur.
“keyla ga kenapa-kenapa kok ma, hanya saja
tadi mata keyla terasa amat gatal karena keyla garuk-garuk akhirnya berair”
Mama memeluk ku setelah itu sambil memusuti
rambut ku.
“ tapi keyla kan belum makan, ayok nak
makan dulu apa perlu mama suapin?”
“keyla gak laper mah” jawab ku singkat.
“nanti keyla sakit lagi kalo gak makan,
mama panggilin bibi yah biar anterin makanannya buat kamu”
“gak mah, keyla ga selera makan. Bener kok
keyla juga masih kenyang”
“bener ya nak, mama Cuma tidak ingin kamu
sakit mama sayang banget sama keyla”
“Termasuk papah mah?”
“keyla kok nanya nya gitu, papah sama mamah
sayang banget sama keyla jadi ga ada alasan untuk keyla harus nanyain hal
seperti itu lagi yah” penjelasan mama untuk meyakiniku.
Saat pagi menjelang, aku terbangun
dari tidurku yang aku tahu aku tidak senyenyak malam-malam sebelumnya, aku
masih saja terfikir perkataan yang dilontarkan papah semalam. Apa yang harus
aku lakukan, mungkin tak banyak pikir ku saat ini. aku tak bisa menjadi
kebanggan papah. Aku hanya lah seorang anak tuna netra yang bahkan tak memiliki
teman. Seperti rutinitas biasanya dikala pagi hari aku akan menyapa papah dan
mamah dengan ucapan “selamat pagi” dan langsung duduk di kursi makan. Aku tahu
selama ini aku hanya bisa mendengarkan suara
papah dan mamah walaupun aku tak tahu persis seperti apakah wajah mereka namun
batin ini bisa merasakan jika papah dan mamah selalu dekat bahkan bisa
merasakan jika ada hal yang tidak mengenakan diantara (tentang) mereka. Aku
mulai merasakan ketidaknyamanan kehadiran ku dimeja makan ini, seolah aku tak
mendengarkan suara percakapan apapun semua terasa hampa dan kosong. Akhirnya
aku berusaha dan menyakinkan hatiku (diriku) untuk mengucapkan beberapa patah
kata yang rasanya sudah berat sekali tertahan sejak semalam.
“ Pah, maafkan
keyla yah pah”, ucapkan lirih
“hmmmm” papah hanya
berdengum yang kudengar sambil menghabiskan makanan yang dikunyahnya.
“Keyla tahu
sekarang keyla sudah besar umur Keyla sudah 17 tahun, tapi keyla tak bisa
menjadi siapa-siapa hanya seorang anak cacat yang hidupnya bergantung dengan
orang tua setiap hari hanya beraktivitas
sebagai siswa homeschooling, bahkan seajauh ini tak banyak perkembangan apapun.”
Keyla, gak boleh
ngomong gitu nak. Dengan hadirnya keyla saat ini sudah lebih dari cukup untuk
mamah sama papah”. ucap mamah sambil mendekati dan membelaiku dengan erat.
“ cukup mah, tidak
perlu berlebihan. Memang sudah sepantasnya saat ini dia mengetahui
kekurangannya, saat ini kamu memang belum bisa menjadi anak andalan papah”.
Sungguh sangat
teriris batin ku ketika mendengar ucapan itu. Seakan papah memberiku isyarat
bahwa aku bukanlah anak yang dia inginkan untuk lahir kedunia ini. hatiku duka,
aku hanya bisa menangis terisak-isak
dalam dekapan mamah.
“sudah pah, sudah
cukup mamah menahan ocehan papah selama ini. papah keterlaluan papah sungguh
tidak berpri…..” Belum sempat mamah menghabiskan perkataan itu, aku cepat
memotong perkataan mamah “jika memang demikian pah, apaun yang papah inginkan
untukku aku rela. Karena takkan ada yang lebih penting didunia ini untukku
selain kebahagiaan papah sama mamah”. “baguslah, jika memang saat ini kesadaran
mu mulai tumbuh penuh dengan kepercayaan diri. Mulai besok papah akan
mengasramakan mu dan kamu harus disiplin belajar keras di SLB. Tunjukan bahwa
kamu bukan hanya beban bagi orang tua tapi mampu menjadi seorang yang berguna
dan bisa mandiri”. Setelah mengucapkan perkataan itu, aku mendengar suara
sepatu yang berketuk dilantai, bahwa papah langsung bergegas pergi meninggalkan
aku sama mamah dimeja makan.
Tangis ku semakin
ku luapkan dalam dekapan mamah, hanya dia seorang yang selalu mengerti dan
tulus untuk mendekapku. Kesedihan ku semakin memuncak, aku sudah cukup lama
membuat papah dan mamah menderita, sudah cukup banyak air mata yang mamah
teteskan karena ku, tak ternilai berapa banyak pengorbanan yang dia lakukan
demi aku, ya Tuhan sungguh aku hampir tidak kuat lagi, putus asa dan rasanya
lebih baik aku menghilang dari bumi ini agar takkan ada lagi yang lebih
tersakiti daripada ini.
Keesokan harinya,
barang-barangku sudah dikemas rapi oleh bibi seorang asisten rumah tangga orang
tua ku. Aku tahu ini adalah hari akhir ku berada dirumah ini, mungkin akan
menjadi akhir ataukah lusa aku bisa berkesempatan lagi untuk tinggal disini,
entahlah. Biarkan takdirku yang menjawab sesuatu yang misteri dikemudian hari
untukku.
Lagi dan lagi aku harus mendengar
suara lirih dan tangisan mamah, sungguh aku semakin tak sanggup rasanya ingin
secepat mungkin untuk meninggalkan rumah ini. Yah, secepatnya!
“keyla, jangan
tinggalkan mamah nak, jangan lupakan mamah. Mamah akan selalu sayang sama keyla
apapun dan gimanapun keadaanmu nak. Mamah mendekapku seraya tak kuasa
melepaskan kepergianku. “iya mah, keyla gak akan melupakan mamah, keyla janji
akan kembali lagi untuk mamah. Keyla akan selalu berdo’a kepada Tuhan agar
selalu memberikan kesehatan dan keselamatan untuk mamah sama papah.” tak banyak
kata lagi yang bisa ku ucapkan aku berjalan dengan tongkatku menuju pintu
mobil. Aku akan diantarkan oleh seorang supir pribadi papah menuju sekolah luar
biasa yang kelak akan menggodokku dan membimbingku. Aku tahu, disana aku akan
bertemu dengan banyak orang-orang yang seperti aku, orang-orang yang penuh
dengan keterbatasan.
Seperti apakah cerita ku?
Akankah aku
menemukan celah dan penerangan jalan sehingga aku menjadi seorang anak
perempuan yang hebat dan bisa menjadi kado teristimewa untuk papah?
Iringi terus
perjalanan ku ya, :)
Komentar
Posting Komentar